Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur --> Berdiri sejak tanggal 21 Juli 1989. Bergerak di bidang pendidikan agama Islam, yang berbasis ke’arifan budaya lokal, oleh Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag. Sebagai sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang berbasis kearifan budaya lokal.

Selasa, 28 Agustus 2012

PONDOK PESANTREN YANG MELESTARIKAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL, BUTUH PERHATIAN PARA DERMAWAN

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 23.56 No comments

PONDOK PESANTREN YANG MELESTARIKAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL, BUTUH PERHATIAN PARA DERMAWAN

  Sebagaimana layaknya Pondok Pesantren, Al-Ukhuwwah mengedepan untuk berdiri sebagai lembaga pendidikan ilmi-ilmu ke-Islam-an. Bagi Pondok pesantren ini, suasana dinamis di kalangan santri yang heterogen dalam memilih madzhab, menjadi ciri khasnya. Sehingga tidak terkesan, bahwa Pondok Pesantren hanya mengakomodir satu madzhab. Namun lebih menghargai perbedaan madzhab di kalangan santrinya. Melalui cara ini ajaran Islam yang sangat kompleks, menjadi tidak terbelenggu dengan kehadirannya. Dan para santri dididik agar dapat menghargai madzhab orang lain, yang tidak sama dengan madzhab yang dianutnya. Pengajian diikuti mulai dari anak-anak tingkat SD, SLTP, SLTA bahkan hingga mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Cianjur. Pada setiap satu kali dalam satu pekan, diadakan pengajian khusus untuk masyarakat umum. Yang diikuti oleh kaum ibu dan bapak, masyarakt sekitar Pondok Pesantren. Dilanjutkan dengan dzikir bersama. 
 
         Pondok Pesantren yang satu ini, di samping sebagai lembaga pendidikan, juga sebagai lembaga dakwah melalui berbagai cara. Demikian juga dengan proses pengembangan ajaran agama Islam dalam mengisi berbagai tampilan kesenian daerah. Seperti menciptakan lagu-lagu yang Islami untuk diiring oleh alat-lata karawitan Sunda.
 
K.Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag juga mencoba melakukan kolaborasi seni antara berbagai etnik, seperti Arab, Indonesia dan China. Sosok pimpinan Pesantren yang dinilai nyeleneh ini, boleh terbilang langka. Sebab disamping kepiawaiannya dalam pengetahuan ke-agama-an, karena beliau juga seoranmg dosen di UIN Sunang Gunung Djati Bandung, pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi  ia juga menulis beberapa buku yang berbicara tentang seni dan tradisi lokal. Bahkan salah satu karyanya yang berjudul "Kuda Kosong polemik tradisi dan Aqidah" lebih banyak megupas mengenai tampilan tradisi koda kosong dalam sudut pandangan ajaran agama Islam, MUI, para seniman dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. Tidak hanya sebatas menulis bukunya, tapi Pimpinan Pondok Pesantren ini, terjun langsung untuk menjadi sesepuh dalam gelaran tradisi Kuda Kosong. Yakni tradisi yang tergolong tua di Kota Cianjur. Makna historis tradisi inilah yang membuat daya tarik bagi pimpinan Pesantren yang terbilang muda ini. Keikut sertaanya sebagai pemerhati tradisi lokal, membuat namanya menjadi mencuat. Sebab beberapa saaat tradisi ini sempat menghilang di kota Cianjur. Kini tradisi lokal ini dipelihara oleh Pesantren sebagai basis budayawan muslim yang tidak melupakannya. "tradisi ini merupakan pembelajaran sejarah bagi masyarakat cianjur, khususnya kaum muda. Jadi bila tidak dipelihara, maka pesan moral yang teradapat dalam tradisi ini menjadi bias, bahkan hilang. Dan suatu saat generasi muda muslim Cainjur akan kehilangan satu pelajaran sejarahnya". Kata sesepuh Pondok Pesantren ini.
 
Hal lain yang dikembangkan di Pondok Pesanmtren Al-Ukhuwwah yang telah menyatakan dirinya sebagai Pondok Pesantren berbasis kearifan budaya lokal ini, adalah berkembangannya seni karawitan, mulai seni degung, seni gendang pencak, yang kemudian dipadukan dengan seni ibing pencak silatnya, sebagai bagian dari tradisi Cianjur. Tidak lupa juga seni kecapi suling, serta beberapa kesenian lainnya yang menjadi kegiatan ektrakurikuler di Pondok Pesantren ini. Tentu saja bila sempat ada Pondok pesantren yang anti terhadap kesenian sejenis di atas, tentunya tidak terjadi di Al-Ukhuwwah. Menurut beliau, nilai seni adalahj ruh dari kehidupan manusia. Jadi bohong besar, jika manusia itu mampu melepaskan dirinya dari seni. Untuk itulah, maka seni adalah bagian dari kehidupan manusia, yang perlu mendapat perhatian, apalagi sampai diisi dengan ruh ke-Islam-an. Dengan demikian, maka tampilan baru menjadi khazanah bagi kesenian nasional.
 
Pondok Pesantren inipun turut melestarikan jargon Cianjur yakni Ngaos Mamaos dan Maen Po. Maen Po menjadi perhatian sang Pengasuh Pondok Pesantren ini, sehingga setiap tiga kali dalam satu minggu, para santri diwajibkan mengikuti seni bela diri yang dinamakan seni bela diri Al-Ukhuwwah. Mulai dari pembelajaran jurus-jurus dasar, ibing pencak silat, hingga permainan seni debus, menjadi kewajiban yang harus diikuti santri. Ini yang membuat daya tarik kalangan beberapa stasiun televisi untuk menayangkan dalam beberapa segmen acaranya. Kadang-kadang juga kesenian ini ditampilkan dalam perayaan merayakan hari kemerdekaan RI atau untuk mengisi acara hari besar muslim, seperti peringatan Mauludan Rajaban, Asyuraa dan lain sebagainya.Disamping memenuhi undangan jika dibutuhkan.
 
Hingga kini para calon santri berdatangan dari berbagai daerah. Akan tetapi fasilitas tempat pemondokan sudah tidak memenuhi syarat untuk menampung santri. Dengan demikian, mungkin, bagi para dermawan yang merasa peduli dengan keberadaan sosok pesantren yang satu ini, bisa langsung menghubungi nomor pribadi pengasuh Pondok Pesantren, yakni 08156089823. Sampai saat ini uluran tangan dari pihak pemerintah tak kunjung sampai, sebagai bentuk perhatian materil. Kendatipun telah mencoba untuk memohon kearifannya melalu proposal. "mungkin lembaga kami belum cukup bermafaat untuk disumbang" ujar sang Pimpinan Pondok ini. Sehingga untuk membayar iuran listrik dan sarana lain, masih mengandalkan kebersamaan dengan para santri. Saat ini para santri sedang dilatih untuk mampu mandiri, yakni dapat membiaya dirinya sendiri dalam menimba ilmu di Pondok Pesantren, melalui pembuatan cendera mata khas, ialah miniatur alat musik Sunda, untuk dijadikan gantungan kunci, bros hingga bentuk pajangan sederhana. Akan tetapi hal ini masih dirasakan belum mencukupi untuk melayani pendidikan di Pondok ini.
Selain bidang kesenian, para santri juga dilatih untuk memiliki kemampuan dalam pembuatan film-film pendidikan, penyiaran dan karya ilmiah. Namun, masih menggunakan fasilitas pinjaman dari mereka yang masih peduli.  Kerjasama dengan LKC (Lembaga Kebudayaan Cianjur), DKC (Dewan Kesenian Cianjur dan Paguyuban Pasundan Cab. Cianjur, cukup membantu dalam kelangsungan pembelajaran di Al-Ukhuwwah. Namun Pengasuh Pondok Pesantren Juga sadar, bila terus menerus ketergantungan, juga tidak baik. Alangkah bagusnya, jika mampu memiliki fasilitas sendiri. Termasuk pemondokan yang kini masih terdapat beberapa santri menggunakan aula Pondok Pesantren sebagai tempat tidur. Mungkin bagi meraka sangat menikmati tetapi akan membuat gereget pemerhati, apalagi mereka yang memilki kepedulian sosial yang sangat tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar