Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur --> Berdiri sejak tanggal 21 Juli 1989. Bergerak di bidang pendidikan agama Islam, yang berbasis ke’arifan budaya lokal, oleh Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag. Sebagai sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang berbasis kearifan budaya lokal.

  • Dakwah melalui kearifan budaya lokal

    Al-ukhuwwah adalah pondok pesantren yang tidak hanya mengandalkan pembelajaran agama Islam secara mikro. namun lebih mengutamakan pembelajaran Islam secara makro. disamping pembelajaran tentang kitab-kitab klasik, atau disebut kitab kuning, juga menyajikan pembelajaran dengan literatur berbagai bahasa, termasuk bahasa lokal, yakni Sunda. bahkan mengajarkan membaca dan menulis aksara Sunda KAGANGA. hal ini karena al-Ukhuwwah sebagai salah satu pesantren yang mengedepankan dakwah melalui kearifan budaya lokal. - http://ponpes-al-ukhuwwah.blogspot.com/[...]

  • Paguron Beladiri Al-Ukhuwwah

    Agama merupakan sebuah konsekwensi dalam hidup kita yang mesti kita jaga kesuciannya dan keorisinilan ajarannya, dalam setiap penyebaran agama baik itu penjagaan keorisinilan ataupun penyebaran secara harfiah dibutuhkan seorang yang lihai dalam penyebaran tersebut. - http://ponpes-al-ukhuwwah.blogspot.com [...]

  • PONDOK PESANTREN YANG MELESTARIKAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL

    Pondok Pesantren inipun turut melestarikan jargon Cianjur yakni Ngaos Mamaos dan Maen Po. Maen Po menjadi perhatian sang Pengasuh Pondok Pesantren ini, sehingga setiap tiga kali dalam satu minggu, para santri diwajibkan mengikuti seni bela diri yang dinamakan seni bela diri Al-Ukhuwwah. Mulai dari pembelajaran jurus-jurus dasar, ibing pencak silat, hingga permainan seni debus, menjadi kewajiban yang harus diikuti santri. - http://ponpes-al-ukhuwwah.blogspot.com [...]

  • #

    #

Kamis, 30 Agustus 2012

Daftar isi

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 08.38 No comments

Daftar Isi Artkel
http://upload.kapanlagi.com/c.php?f=201208290929544_555555555555555555555555555_503d7ea2157ca.jpg
Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah

Pendiri Yayasan Sosial Ponpes Al-Ukhuwwah Cianjur

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 08.10 No comments

Biografi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioqgIIUffKl7iXbeZcJ_nOIfFvu9C9OakOe0FUq7ZrtdRYRX_6eZiYpqH0Vra-P-Xs3fU1Ei-ascoiEa3qeze-yUl5Y2P4t7kzdZvDd9kUiHoLRvd847S0myDRaJkjDdCVzJmrpL3mU48Z/s320/DEAE51CD.jpg     Dadang Ahmad Fajar, lahir tahun 1967 di Jakarta, adalah salah seorang pengajar mata kuliah Agama Islam di Akademi Manajemen Informatika Komputer dan Akademi Bahasa Asing YPPI Cianjur, disamping tugas sehari-harinya sebagai ketua Yayasan Sosial Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah.

     Pendidikan terakhirnya,, dari program S.1 IAIN/UIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 1991, pada fakultas syari'ah jurusan pendidikan Agama Islam.

     Aktifitas yang digeluti semasa perkuliahan adalah, Resimen Mahasiswa Mahawarman. Pramuka, Pelajar Islam Indonesia, Wadokai Karate-Do Indonesia Angkatan Muda Satuan Karya 'Ulama Kab Cianjur.

     Remaja aktifitas menwa yang bertokoh idola Prof.DR.H. Harun Nasution dan mempunyai kegemaran koleksi binatang ini. pernah menulis beberapa buah karya yang erat kaitnya dengan keorganisasian. Pramuka dan sistem pendidikan diniyah.

     Pria kelahiran Jakarta ini, kini mencoba mengembangkan potensi dibidang seni beladiri yang dinamakan Al-Ukhuwwah berikut bimbingan terhadap generasi muda muslim di bidang ke-Islam-an.

Rabu, 29 Agustus 2012

Foto Album Kesenian Daerah Al-Ukhuwwah

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 22.33 No comments

Kesenian Daerah Al-Ukhuwwah

 
 
 

Foto Album Kesenian Debus Al-Ukhuwwah

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 22.19 No comments

 Kesenian Debus Al-Ukhuwwah

 
 

Foto Album Kesenian Bela diri Ponpes Al-Ukhuwwah

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 22.18 No comments

Kesenian Bela diri Al-Ukhuwwah




Mengetahui Tradisi Ngalokat Cai Al-Ukhuwwah Panembong

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 21.13 No comments

Air Cikahuripan  Untuk Membasuh  Pusaka


NGALOKAT CAI : Sesepuh Ponpes Al Ukhuwan Panembong, KH Dadang Ahmad Fajar saat mengambil mata air Cikahuripan di Desa Babakan Karet Cianjur, Minggu (15/7). (FOTO : DENI ABDUL KHOLIK/RADAR CIANJUR)

Laporan :  DENI ABDUL KHOLIK

Tradisi Ngalokat Cai di Pondok Pesantren Al Ukhuwah Panembong Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur  merupakan tradisi tahunan. Ponpes ini memang menerapkan  sebagai Ponpes pendidikan Islam yang berbasis budaya Sunda.

     Cianjur Ngalokat Cai  di sebuah mata air Cikahuripan yang tidak jauh dari objek wisata The Jhon Kampung Tangkil Desa Babakan Karet Cianjur berlangsung khidmat.

     Prosesi helaran dimulai dari pontren Al Ukhuwah di Kampung Panembong
dengan arak-arak pawai. Berbagai atraksi Sunda yang manampilkan iringan jampana, dongdang, kendang pencak, pawai obor dan Kuda Kosong menuju mata air.

     Setelah menggelar berbagai atraksi pencak silat dan debus diareal parkir The Jhon . Sesepuh pontren KH Dadang Ahmad Fajar,  diiringi para santri yang mengenakan pakaian khas Sunda menuju mata air yang berada disebuah hutan.

     Sebelum mengambil mata air digelar dilaksanakan “rajah” oleh sesepuh Cianjuran Aki Dadan (72) dengan iringan kecapi,  dilanjutkan dengan menggelar doa dan penyalaan dupa didekat mata air .

     Kemudian  tujuh buah kendi diisi air Cikahuripan yang dibawa beberapa santri putri. Setelah itu arak-arak pawaipun kembali ke pesantren yang jaraknya sekitar empat KM. Air dari Cikahuripan kemudian digunakan untuk membasuh beberapa pusaka oleh para aktivis.

Sumber Web Post : http://radarsukabumi.com

Al-Ukhuwwah Warnai Hari Jadi Cianjur Ke-335 Dengan Melestarikan Kesenian Kuda Kosong

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 20.58 No comments

Kesenian Kuda Kosong Warnai Hari Jadi Cianjur Ke-335

 

CIANJUR - Kesenian Kuda Kosong menjadi pusat perhatian saat pawai pembangunan dalam rangka peringatan Hari Jadi Cianjur ke-335 di Jalan Siliwangi, Cianjur, Rabu (11/7/2012). Kuda kosong menjadi pusat perhatian masyarakat Cianjur pada setiap pawai tahunan karena merupakan bentuk penolakan Cianjur, menjadi kota jajahan Mataram tempo dulu. Pada akhirnya Arya Wiratanu Datar pemimpin Cianjur yang ketika itu dihadiahi seekor kuda. Pawai pembangunan tersebut merupakan refleksi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Cianjur dengan menampilkan arak-arakan dari tiap kecamatan termasuk organisasi perangkat daerah. BNP/Dicky Solihin.

Sumber Post Web : http://bandungnewsphoto.com
http://bandungnewsphoto.com/?content=headline&op=view&id=112387995#.UAV0-jSyHpA.facebook

Kuda Kosong, Favorit di Setiap Pawai di Cianjur

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 20.51 1 comment

Ponpes Al-Ukhuwwah melestarikan kesenian tradisi Kuda Kosong

http://static.inilah.com/data/berita/foto/1881588.jpg
  
Ruslan (42), warga Kecamatan Cidaun ini tampak gembira seusai menyaksikan arak-arakan pawai pembangunan dalam rangka Hari Jadi Cianjur (HJC) ke-335, Rabu (11/7/2012). - inilah.com/Benny Bastiandy 
Oleh: Benny Bastiandy
   

      Ruslan sengaja datang dari Cidaun ke Cianjur dengan jarak tempuh mencapai 6 jam perjalanan hanya ingin menyaksikan pawai pembangunan HJC ke-335.

     Meski harus berdesak-desakan dengan warga lainnya di bawah terik matahari, namun tak menyurutkan niat Ruslan. Bapak berputra dua ini penasaran ingin menyaksikan seni tradisi Kuda Kosong yang menjadi ikon favorit masyarakat Cianjur dalam setiap pagelaran seni dan budaya di Cianjur.

     Kuda Kosong memang menjadi tontonan utama dan dinantikan warga saat digelar pagelaran pawai. Ibarat sayur tanpa garam, pawai tidak akan semarak tanpa kehadiran Kuda Kosong.

     Tradisi budaya Kuda Kosong ini kental dengan aroma mistisnya. Sebelum diarak berkeliling kota saat dalam setiap gelaran pawai, terlebih dahulu dilaksanakan ritual memandikan kuda. Konon, dilaksanakan juga ritual proses pemanggilan atau dalam istilah bahasa Sunda disebut ngemat atau nyambat Eyang Suryakancana yang akan menaiki kuda tersebut.

     Pun saat digelar pawai pembangunan HJC ke-335, Rabu (11/7/2012). Iring-iringan pengawal Kuda Kosong berada di barisan terdepan memimpin arak-arakan peserta pawai lainnya. Tercatat hampir 600 peserta ditambah 60 kendaraan hias menyemarakan pawai pembangunan kali ini.

     Mereka terdiri atas instansi pemerintah seperti kantor-kantor, badan, dinas, serta kecamatan dan kelurahan, BUMN/BUMD, instansi swasta, sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta, serta dari organisasi kemasyarakatan.

     Arak-arakan peserta pawai memulai keberangkatannya dari Jalan KH Abdullah bin Nuh menyusuri Jalan Ir H Juanda (Selakopi), Suroso, Mangunsarkoro, Aria Cikondang, Siliwangi, dan berakhir di panggung kehormatan di Kompleks Pemkab Cianjur.

     Di panggung kehormatan, Bupati Cianjur Tjetjep Muchtar Soleh beserta Wakil Bupati Suranto serta unsur muspida dan tamu undangan lainnya, antusias melihat peserta arak-arakan pawai.

     Kabag Humas dan Keprotokolan Setda Kabupaten Cianjur Jaenudi mengatakan, pawai pembangunan merupakan bagian dari rangkaian HJC yang digelar secara rutin setiap tahunnya.

     Pawai pembangunan merupakan refleksi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Cianjur dengan menampilkan arak-arakan dari tiap kecamatan termasuk OPD. “Selain menampilkan keberhasilan pembanguan, pawai ini juga untuk menghibur masyarakat Cianjur,” kata Jaenudin.[jul]

Sumber : http://www.inilah.com 
http://www.inilah.com/read/detail/1881588/kuda-kosong-favorit-di-setiap-pawai-di-cianjur#.UAV1qPGRuo4.facebook

Selasa, 28 Agustus 2012

Seni Debus

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 23.58 No comments

Seni Debus
antara historis dan hiburan
Oleh : Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag
 
 
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQAf6mDmkGUzc-yqAEzeiieQDRvILL8phLSzmtqGvaIxQqNbWbf2s8GKdX3MRydPOjMsBbwWvoLBGXrYgQ1yg2YIA05wQ9Zo3W2UNu6VfCZBeqN3K6u0g5U7yDgIMx-jFS_dAFpfC4aK9d/s200/S5034164.JPGFenomena fisika dan metafisika, seringkali tampil dalam pandangan. Baik pandangan dzahir maupun pandangan bathin. 
 
Gerakan metafisi yang ditimbulkan akibat sentuhan energy ruhani, seringkali tidak menjadi bahan perhatian masyarakat pada umumnya. Mereka hanya menonton keunikan, atau bahkan hanya mengkomentari tentang hokum dari sudut pandangan fiqih atau sudut pandang aqidah.
 
Tidak jarang, seseorang menyaksikan peragaan seni debus, hanya sekedar untuk hiburan. Tanpa adanya inisiatif untuk meneliti lebih mendalam. Sehingga dengan adanya tamilan seni ini, seseorang bisa menguak tabir yang masih tersembunyi dan pada kenyataanya sangat berguna bagi seluruh manusia.
 
Senis debus sendiri merupakan kesenian khas kaum tarekat Rifaiyah di Maroko. Kemudian berkembang di wilayah-wilayah yang telah menganut ajaran agama Islam, di semenanjung Melayu hingga Indonesia. Hingga sekarang masih berkembang dengan pesat.
 
Di Indonesia, seni debus mulai diperkenalkan di Provinsi Aceh Darussalam, teruitama pada masa kejayaan Sultan Malik al-Shaleh. Selanjutnya berkembang ke wilayah Cirebon, yang dulu masih disebut Carbon dan Banten. Antara Cirebon dan Banten memilki seni debus yang mirip, sebab seni ini diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Gunung Djati di Cirebon. Selanjutnya ke wilayah banten dibawa opleh puteranya yang bernama Sultan Maulana Hasanuddin.
 
Kesenian ini menyebar untuk kepentingan dakwah al-Islamiyah, dalam membekali para da'i, sebelum terjun ke lapangan. Dengan harapan sedikit terhindar dari upaya musuh yang akan mengganggu perkembangannya. Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kesenian ini dipergunakan untuk membekali para milisi Nusantara, terutama kalangan pesantren, dalam melakukan penyerangan terhadap penjajah. 
 
Dalam peragaanya, seni debus seringkali mengkaitkan dengan cerita sejarah Imam Husein, shalawat kepada Rasulullah SAW dan lantunan dzikir-dzikir khusus, setelah acara tawasul. Berbeda dengan kesenian lainnya, seni debus memiliki tampilan unik. Pada umumnya menampilkan atraksi yang membuat berdiri bulu kuduk. Sebab tidak sedikit adegan berbahaya diperagakan seperti, memakan bara api, menusuk bagian anggota tubuh, memotong-motongnya hingga potongan paling kecil, bahkan memakan benda-benda yang tidak layak dimakan atau diminum, seperti makan beling, batu, meminum HCL pekat dan lain sebagainya.

       Hari ini seni debus telah beralih fungsi, dari kebutuhan perjuangan langsung menghadapi para penjajah dan kaum kafir yang akan mengobrak-abrik nilai ke-Islam-an, ke hiburan bagi kalangan pengikut tarekat atau bahkan, sebagai upaya peyakinan terhadap Allah, dalam kerangka pembelajaran ilmu Tauhid dan ilmu tasawuf. Oleh sebab itulah, hingga saat ini kesenian debus hanya beredar dikalangan pesantren dan zawiyah. Biasanya ditampilkan saat merayakan hari-hari tertentu, seperti Maulud Nabi SAW dan sejenisnya.

PONDOK PESANTREN YANG MELESTARIKAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL, BUTUH PERHATIAN PARA DERMAWAN

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 23.56 No comments

PONDOK PESANTREN YANG MELESTARIKAN KEARIFAN BUDAYA LOKAL, BUTUH PERHATIAN PARA DERMAWAN

  Sebagaimana layaknya Pondok Pesantren, Al-Ukhuwwah mengedepan untuk berdiri sebagai lembaga pendidikan ilmi-ilmu ke-Islam-an. Bagi Pondok pesantren ini, suasana dinamis di kalangan santri yang heterogen dalam memilih madzhab, menjadi ciri khasnya. Sehingga tidak terkesan, bahwa Pondok Pesantren hanya mengakomodir satu madzhab. Namun lebih menghargai perbedaan madzhab di kalangan santrinya. Melalui cara ini ajaran Islam yang sangat kompleks, menjadi tidak terbelenggu dengan kehadirannya. Dan para santri dididik agar dapat menghargai madzhab orang lain, yang tidak sama dengan madzhab yang dianutnya. Pengajian diikuti mulai dari anak-anak tingkat SD, SLTP, SLTA bahkan hingga mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Cianjur. Pada setiap satu kali dalam satu pekan, diadakan pengajian khusus untuk masyarakat umum. Yang diikuti oleh kaum ibu dan bapak, masyarakt sekitar Pondok Pesantren. Dilanjutkan dengan dzikir bersama. 
 
         Pondok Pesantren yang satu ini, di samping sebagai lembaga pendidikan, juga sebagai lembaga dakwah melalui berbagai cara. Demikian juga dengan proses pengembangan ajaran agama Islam dalam mengisi berbagai tampilan kesenian daerah. Seperti menciptakan lagu-lagu yang Islami untuk diiring oleh alat-lata karawitan Sunda.
 
K.Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag juga mencoba melakukan kolaborasi seni antara berbagai etnik, seperti Arab, Indonesia dan China. Sosok pimpinan Pesantren yang dinilai nyeleneh ini, boleh terbilang langka. Sebab disamping kepiawaiannya dalam pengetahuan ke-agama-an, karena beliau juga seoranmg dosen di UIN Sunang Gunung Djati Bandung, pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi  ia juga menulis beberapa buku yang berbicara tentang seni dan tradisi lokal. Bahkan salah satu karyanya yang berjudul "Kuda Kosong polemik tradisi dan Aqidah" lebih banyak megupas mengenai tampilan tradisi koda kosong dalam sudut pandangan ajaran agama Islam, MUI, para seniman dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur. Tidak hanya sebatas menulis bukunya, tapi Pimpinan Pondok Pesantren ini, terjun langsung untuk menjadi sesepuh dalam gelaran tradisi Kuda Kosong. Yakni tradisi yang tergolong tua di Kota Cianjur. Makna historis tradisi inilah yang membuat daya tarik bagi pimpinan Pesantren yang terbilang muda ini. Keikut sertaanya sebagai pemerhati tradisi lokal, membuat namanya menjadi mencuat. Sebab beberapa saaat tradisi ini sempat menghilang di kota Cianjur. Kini tradisi lokal ini dipelihara oleh Pesantren sebagai basis budayawan muslim yang tidak melupakannya. "tradisi ini merupakan pembelajaran sejarah bagi masyarakat cianjur, khususnya kaum muda. Jadi bila tidak dipelihara, maka pesan moral yang teradapat dalam tradisi ini menjadi bias, bahkan hilang. Dan suatu saat generasi muda muslim Cainjur akan kehilangan satu pelajaran sejarahnya". Kata sesepuh Pondok Pesantren ini.
 
Hal lain yang dikembangkan di Pondok Pesanmtren Al-Ukhuwwah yang telah menyatakan dirinya sebagai Pondok Pesantren berbasis kearifan budaya lokal ini, adalah berkembangannya seni karawitan, mulai seni degung, seni gendang pencak, yang kemudian dipadukan dengan seni ibing pencak silatnya, sebagai bagian dari tradisi Cianjur. Tidak lupa juga seni kecapi suling, serta beberapa kesenian lainnya yang menjadi kegiatan ektrakurikuler di Pondok Pesantren ini. Tentu saja bila sempat ada Pondok pesantren yang anti terhadap kesenian sejenis di atas, tentunya tidak terjadi di Al-Ukhuwwah. Menurut beliau, nilai seni adalahj ruh dari kehidupan manusia. Jadi bohong besar, jika manusia itu mampu melepaskan dirinya dari seni. Untuk itulah, maka seni adalah bagian dari kehidupan manusia, yang perlu mendapat perhatian, apalagi sampai diisi dengan ruh ke-Islam-an. Dengan demikian, maka tampilan baru menjadi khazanah bagi kesenian nasional.
 
Pondok Pesantren inipun turut melestarikan jargon Cianjur yakni Ngaos Mamaos dan Maen Po. Maen Po menjadi perhatian sang Pengasuh Pondok Pesantren ini, sehingga setiap tiga kali dalam satu minggu, para santri diwajibkan mengikuti seni bela diri yang dinamakan seni bela diri Al-Ukhuwwah. Mulai dari pembelajaran jurus-jurus dasar, ibing pencak silat, hingga permainan seni debus, menjadi kewajiban yang harus diikuti santri. Ini yang membuat daya tarik kalangan beberapa stasiun televisi untuk menayangkan dalam beberapa segmen acaranya. Kadang-kadang juga kesenian ini ditampilkan dalam perayaan merayakan hari kemerdekaan RI atau untuk mengisi acara hari besar muslim, seperti peringatan Mauludan Rajaban, Asyuraa dan lain sebagainya.Disamping memenuhi undangan jika dibutuhkan.
 
Hingga kini para calon santri berdatangan dari berbagai daerah. Akan tetapi fasilitas tempat pemondokan sudah tidak memenuhi syarat untuk menampung santri. Dengan demikian, mungkin, bagi para dermawan yang merasa peduli dengan keberadaan sosok pesantren yang satu ini, bisa langsung menghubungi nomor pribadi pengasuh Pondok Pesantren, yakni 08156089823. Sampai saat ini uluran tangan dari pihak pemerintah tak kunjung sampai, sebagai bentuk perhatian materil. Kendatipun telah mencoba untuk memohon kearifannya melalu proposal. "mungkin lembaga kami belum cukup bermafaat untuk disumbang" ujar sang Pimpinan Pondok ini. Sehingga untuk membayar iuran listrik dan sarana lain, masih mengandalkan kebersamaan dengan para santri. Saat ini para santri sedang dilatih untuk mampu mandiri, yakni dapat membiaya dirinya sendiri dalam menimba ilmu di Pondok Pesantren, melalui pembuatan cendera mata khas, ialah miniatur alat musik Sunda, untuk dijadikan gantungan kunci, bros hingga bentuk pajangan sederhana. Akan tetapi hal ini masih dirasakan belum mencukupi untuk melayani pendidikan di Pondok ini.
Selain bidang kesenian, para santri juga dilatih untuk memiliki kemampuan dalam pembuatan film-film pendidikan, penyiaran dan karya ilmiah. Namun, masih menggunakan fasilitas pinjaman dari mereka yang masih peduli.  Kerjasama dengan LKC (Lembaga Kebudayaan Cianjur), DKC (Dewan Kesenian Cianjur dan Paguyuban Pasundan Cab. Cianjur, cukup membantu dalam kelangsungan pembelajaran di Al-Ukhuwwah. Namun Pengasuh Pondok Pesantren Juga sadar, bila terus menerus ketergantungan, juga tidak baik. Alangkah bagusnya, jika mampu memiliki fasilitas sendiri. Termasuk pemondokan yang kini masih terdapat beberapa santri menggunakan aula Pondok Pesantren sebagai tempat tidur. Mungkin bagi meraka sangat menikmati tetapi akan membuat gereget pemerhati, apalagi mereka yang memilki kepedulian sosial yang sangat tinggi.

Paguron Beladiri Al-Ukhuwwah

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 23.52 No comments

Paguron Beladiri Al-Ukhuwwah

Agama merupakan sebuah konsekwensi dalam hidup kita yang mesti kita jaga kesuciannya dan keorisinilan ajarannya, dalam setiap penyebaran agama  baik itu penjagaan keorisinilan ataupun penyebaran secara harfiah dibutuhkan seorang yang lihai dalam penyebaran tersebut, baik itu dalam segi keagamaan, kemasyarakatan, maupun dalam membela dirinya dari serangan orang-orng yang akan menghadangnya dalam menyebarkan syiar Islam.
Begitu pula seperti yang telah kita ketahui, bahwa pada masa penyebaran Islam pada zaman Nabi dan para keluarganya ditemukan begitu banyak pertempuran yang terjadi antara Kaum Muslimin dengan Kaum Kafirin yang hendak menghadang para Rasulullah dan pengikutnya dalam menyebarkan agama Islam ke penjuru Dunia. Tentu saja perlawanan yang diberikan oleh Rasul dan pengikutnya bukan tanpa persiapan melainkan melalui latihan yang sangat intens. Terbukti pada zaman Rasul kita Muhammad SAW tercatat banyak sekali peperangan yang dimenangkan oleh kubu Rasul dan pengikutnya. Belum lagi bela diri yang telah diajarakn oleh Nabi seperti beladiri gulat, bermain pedang, panahan termasuk beladiri dengan do'a yang menjadi senjata andalan orang Mu'min seperti yang telah di sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW

الدعاء سلاح المؤمنين
Artinya: Do'a adalah senjatanya orang Mu'min

Dengan begitu kita dapat menarik kesimpulan bahwa bela diri pada awal mulanya merupakan perpaduan antara gerak fisik dan do'a sebagai washilah kita dalam mendekatkan diri kepada Allah 'Azza wa Jalla karena semua makhluq yang telah diciptakan Allah berada dalam lindungan-Nya. beladiri digunakan untuk membekali para penyebar Islam (da'i) dalam menyebarkan Islam dan membantu menjaga dirinya dari serangan lawan yang akan membinasakannya. Dalam sejarah Islam pun disebutkan bahwa Nabi Muhammad pernah bergulat dengan seorang musuh yang bernama Ukasah dan pergulatan yang sengit itu dimenangkan oleh Nabi Muhammad SAW.
 
Bukti lain adalah lahirnya seni bela diri yang dikembangkan oleh Hyang Budha Gautama, yakni Sorinji Kempo, ia menamakan demikian karena mendapatkan saat beliau bertapa dan bersemedi di candi Sorinji, yang sekarang dinamakan karate sebagai titik akhir perkembangannya.
 
Namun pada zaman sekarang ini telah banyak seni beladiri yang menjadi tidak sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, banyak para jago beladiri yang malah menjadikan beladiri sebagai ajang untuk pamer diri lebih parah lagi digunakan untuk menyakiti sesama saudaranya. Itulah yang terjadi saat suatu tindakan tidak didasari pengetahuan tentang ke-Tuhan-an, sebenarnya tidak hanya beladiri saja melainkan segala tindakan, jika kita melakukan sesuatu bukan atas nama Allah, maka tindakan itu tidak akan mendapatkan barokah dari Allah SWT.
 
         Dengan semangat yang, sama seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam proses penyebaran Islam, dan dengan mengharapkan Ridlo dari Allah SWT maka pada Tahun 1989 tanggal 21 Juli, didirikanlah sebuah paguron be;adiri yang menggabungkan antara kekuatan fisik yang telah diberikan Allah kepada kita dengan kekuatan Do'a sebagai bentuk penyerahan diri kita kepada Allah seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi.  Paguron tersebit didirikan oleh seseorang yang telah lama bergelut dibidang agama dan seni beladiri, beliau bernama Dadang Ahmad Fajar yang merangkap sebagai pelatih utama Paguron bela diri Al-Ukhuwwah sekaligus pendiri Paguron dan Pesantren Al-Ukhuwwah.

Dakwah antar Budaya

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 23.52 1 comment

Dakwah antar Budaya


 Islam bukan ajaran agama yang kaku. Ajaran Islam ,memberikan kelonggaran umatnya untuk melakukan perbuatan, sekiranya dibenarkan menurut adat setempat. Selama tidak menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya yang telah diwahyukan dalam al-Qur'an.
Demikian juga dengan kesenian dan kearifan budaya local, keduanya, malahan dapat dijadikan sebagai media untuk dakwah al-Islamiyah.

Pada masa Syekh Ahmad Kabir al-Rifa'I ,masih hidup, beliau mengembangkan seni debus dalam tarekatnya. Melalui kesenian inilah, pengembangan ajaran Islam dilakukan, disamping kegiatan dzikirnya, yang selalu dipanjatkan setiap malam Jum'at. Tampilan m,engerikan sering kali ditonjolkan, dengan maksud sebagai nadzira (peringatan) bagi umatnya yang membangkang pada ajaran agama Islam. Atau bahkan munculnya sifat kurang yakin terhadap keagungan Allah 'Azza wa Jalla. Seperti dalam gambar, tampak permainan menggunakan api yang umumnya selalu dinyatakan sebagai benda yang mengandung panas. Akan tetapi, berkat keagungan Allah sebagai Dzat yang menciptakan api itu sendiri, maka rasanya berubah menjadi dingin. Dan tidak melukai pada pemainnya. Demikian juga dengan irisan pisau, penalkukan terhadap binatang-binatang buas dan sejenisnya. 
 
Jika saja ada yang berkata, bahwa itu adalah warisan ajaran agama Budha, karena sering ditampilkan di Kuil oleh para Bikshu. Pandangan ini, keliru. Dan menunjukkan kurangnya pengetahuan mengenai seni debus. Adanya sebuah kesamaan, tidak berarti berasal atau bersumber dari mereka. 
  
     Bagi para santri di Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah, diharuskan untuk menguasainya. Sebab suatu saat akan dapat dipergunakan untuk mengantisipasi rintangan dakwah, di tempat mereka tinggal. Itu sebabnya Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah lebih mengedepankan sisi pengembangan agama melalui kearifan budaya lokal.

Asyura

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 23.50 No comments

Asyura


Padang karbala adalah saksi bisu wafatnya cucu Rasulullah SAW, yang dibunuh oleh kebiadaban Yazid bin Mu'awiyah laknatullah. Tak ubahnya iblis, Yazid beserta para pengikutnya, mencincang keluaga Nabi SAW satu demi satu, pada tanggal 10 Muharram. Saat Rasul yang agung itu masih hidup, tak seorangpu bias menghina mereka. Akan tetapi hanya selang beberapa waktu saja setelah wafat sang kekasih Rabbul 'Alamin, keluarga Rasul, mereka bunuh dengan mengenaskan. Tak satupun dari mereka yang menaruh rasa simpati, iba dan khawatir dengan adzab Allah. Mereka beranikan diri seperi itu karena pengaruh dendam, aroma wanginya kedudukan, gila akan kehormatan serta kebencian terhadap semua keluarg Rasulullah SAW, yang diangap sebagai penghambat kegiatan dinasti yang selalu mereka usung dengan issu musyawarah (demokrasi) padahal, yang mereka lakukan adalah "demo crazy".
 
        Seorang ibu yang lemah, beliau adalah pendaming cucu Nabi yang mulya, menjadi korban keganasan dan kebiadaban di Karbala. Hingga kini, masih menyisakan kemarahan yang besar, dalam benak kaum mu'minin, pada kelompok Yazid laknatullah itu. Hingga kini para pecinta Ahlu al-Bait masih selalu mengumandangkan perjuangan al-Husein cucu Rasul yang gugur sebagai syuhada di Karbala. Ia wafat karena memperhatankan washiyyat Rasulullah SAW dan ayahnya Imam 'Aly bin Abi Thalib., serta ibunya (Fathimah binti Rasul). 
 
Tapi ia dituduh sebagai penghiyanak terhadap kekuasaan yang ada. Padahal kekuasaan yang ada adalah bagian dari kegiatan syaithan yang mencoba merombak amanat rasul. Mereka menggantikan konsep Imamah dengan konsep Khilafah. Konsep imamah merupakan konsep yang diwarisi Rasulullah SAW kepada 'Ali bin Abi Thalib. Sedangkan konsep khilafah adalah konsep yang ditawarkan Umar bin al-Khattab kepada tim sebelas untuk menyukseskan Abu Bakar sebagai khalifah pertama setelah Nabi SAW. 
 
Sekarang juga masih kita dengar, konsep khliafah yang selalu diusung oleh kelompok yang mengatasnamakan pengikut Sunah, padahal mereka adalah penghiyanat Imamah (washiyat Nabi SAW). Berhati-hatilah wahai kaum mu'minin, jangan sampai terjebak oleh tipu daya kelompok yang mengatasnamakan penegak Sunnah, padaha mereka adalah penghiyata Rasulullah SAW.
 
Wahai para santri Al-Ukhuwwah, awal bulan Muharram adalah saatnya mengenang detik-detik wafatnya cuvu Rasulullah SAW yang diterkam oleh binatang buas bernama Yazid di padang Karbala. Darahnya yang mengalir, akan selalu mengobarkan semangat perjuangan Imam Husein, sebagai penghulu kaum dhu'afa dan anak-anak yatim. Berbeda dengan Yazid sang pemabuk dan pemain wanita.
'Asyura juga memiliki makna besar bagi segenap umat Islam di manapun. Bagi mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya sudah pasti tidak akan melupakannya, yakni : mengenang washiyat Nabi SAW yang telah dihiyanati oleh para pengikutnya yang setia, pada masa beliau masih hidup. Kemudian perjuangan menegakkan keberana di hadapan kaum dzalim dan durjana. Selain itu juga mentauladani perjuangan Imam Husein, dalam memperhatikan kaum wanita, anak-anak dan dhu'afa.

AL-UKHUWWAH MENERIMA DIDIKAN BARU

Posted by Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah Cianjur On 22.40 No comments

Pondok Pesantren
AL-UKHUWWAH


Cianjur
 “Wahana Pencerahan Pemikiran Muslim Berbasis Ke’arifan Budaya Lokal”
MENERIMA SANTRI BARU


Anda ingin bergabung belajar besama kami?

Belajar di Pondok Pesantren yang mengakomodir pendidikan agama, seni dan kearifan budaya lokal

Jln. Panembong Kaler RT.02 RW.02 Desa
Mekarsari Kec. Cianjur Kota Kab. Cianjur
+ 750 m depan GGM Cianjur

I.    Pendahuluan

Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah, berdiri sejak tanggal 21 Juli 1989. Bergerak di bidang pendidikan agama Islam, yang berbasis ke’arifan budaya lokal, oleh Drs. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag. Sebagai sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang berbasis kearifan budaya lokal, di pondok pesantren ini tidak diajarkan pelajaran-pelajaran ilmu agama Islam seperti layaknya pesantren saja, namun para santri juga dibekali ilmu-ilmu bantu lainnya, yang dianggap menunjang atau pendukung ilmu dakwah al-Islamiyah, seperti ilmu seni dan budaya lokal, ilmu bela diri dan lain sebagainya. Semuanya dirangkum menjadi sebuah system pendidikan yang tidak terpisahkan. Ramuan tersebut, menjadikan ciri khas bagi Pondok Pesantren ini.
Demikian juga dengan fasilitas pendidikan, seperti ruang tidur, ruang belajar dan laboratiorium, dikemas dalam bentuk suasana klasik (pedesaan). Hal ini lebih menjadikan dan membentuk suasana pendidikan yang klasik, tetapi berupaya untuk membuat pemikiran santri yang dinamis.
Pondok Pesantren ini, jauh dari kebisingan kota, tetapi mudah dijangkau oleh alat transportasi. Sebab jarak dari jalan protocol hanya + 750 m saja. Susana ini diupayakan agar situasi belajar santri menjadi lebih relaks. Pondok Pesantren ini terletak di Kampung Panembong Kaler, RT.02 RW 02 Desa Mekarsari Kecamatan Cianjur Kota, Kabupaten Cianjur. Berada di + 750m dari GGM Cianjur.

II.    Syarat-syarat

Adapun syarat-syarat untuk menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah adalah :
•    Berjenis kelamin Pria atau wanita
•    Tidak pernah terlibat penyalahgunaan Narkoba
•    Bukan perokok
•    Mengisi formulir pendaftaran
•    Sanggup mematuhi aturan di Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah
•    Diantar oleh orang tua saat mendaftar.
•    Membayar infaq pendaftaran sebesar Rp. 50.000.-
•    Menyerahkan pas foto ukuran 3X4 sebanyak 3 lembar.

III.    Fasilitas

Fasilitas yang tersedia adalah, :
•    Ruang untuk tidur
•    Ruang dapur umum
•    MCK
•    Ruang Belajar
•    Perpustakaan
•    Laboratorium Seni dan Budaya
•    Lapangan ukuran 10 x 25 meter
•    Ruang apreseasi santri
•    Peralatan seni karawitan Sunda, seni debus, seni qasidah dan Mounthainering.

IV.    Pengajar

Para pengajar di Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah adalah mereka yang dipilih oleh Pengasuh Pondok Pesantren, yang selain memiliki kemampuan akademis sebagai alumnus Pondok Pesantren, juga disyaratkan pernah mendapatkan pendidikan perguruan tinggi dan memiliki keterampilan bidang seni dan budaya lokal.

V.    Mata Pelajaran

Pelajaran di lembaga ini dibagi menjadi tiga ketegori, yakni, pelajaran pokok, pelengkap dan tambahan. Pelajaran pokok adalah pelajaran yang dianggap inti pada ajaran agama Islam, yakni, Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, Ilmu Akhlaq, Ilmu Bahasa Arab, Ilmu Hadits dan Ilmu Qur’an. Kemudian pelengkap adalah Ilmu Aqidah, Ilmu Tasawuf, Ilmu Ushul Fiqih, Ilmu Qiraat, hadits dan tafsir al-Qur’an. Sedangkan ilmu tambahan, adalah ilmu khat, ilmu sya’ir, Ilmu Seni dan Budaya muslim.
Dalam penyajiannya, semua disiplin ilmu di atas dikemas dalam bentuk kitab kuning dan buku-buku panduan yang akan disediakan di Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah. Demikian juga dengan metode pengajaran, selain menggunakan papan tulis, juga menggunakan VCD dan hand out untuk yang sajiannya dalam bentuk seminar atau diskusi.

VI.    Keuntungan

Banyak seklai keuntungan yang akan di dapat oleh para santri yang belajar di Pesanteen Al-Ukhuwwah, dikarenakan system pembelajaran yang dianut oleh Pesantren Al-Ukhuwwah sangat berbeda sekali dengan pesantren-pesantren lain. Adapun keuntungan yang akan didapat oleh para santri dalam segi keilmuannya antara lain :
•    Prilaku santri lebih terkontrol
•    Para santri akan lebih aktif dalam pembelajaran, dikarenakan di setiap pembelajaran santri diwajibkan untuk bertanya, system pembelajaran ini berdasarkan kepada firman Allah “fasaluu ahla al-dzikri inkuntum la ta’lamun”.
•    Santri akan berfikiran lebih cepat, tepat dan ‘arif
•    Memiliki berbagai macam keahlian tambahan, seperti ; bela diri, kesenian, pembuatan karya tulis ilmiah dll.
•    Sifat kekeluargaan santri akan lebih muncul, dikarenakan setiap hari mereka akan hidup saling membutuhkan dan saling menjaga satu sama lain
•    Dan masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang akan didapat oleh para santri yang mondok di Pesantren Al-Ukhuwwah

VII.    Ekstra Kulikuler

•    Kegiatan Kealaman
•    Bela diri
•    Kesenian
•    RTF
•    Bulan Sabit Merah Indonesia
•    Santri Pecinta Alam (SAPTA)
•    Forum Kesenian Al-Ukhuwwah (FORSA)
•    Dll

kegiatan santri saat membersihkan puncak Gunung Mananggel Cianjur

VIII.    Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan yang dianut adalah kekeluargaan. Sesuai dengan nama Pondok Pesantren ini , yakni Al-Ukhuwwah, berdasar surat al-Hujurat ayat 10. Disamping sebagai lembaga pendidikan, Pondok Pesantren ini juga menganut system manajemen terbuka. Maksudnya segala bentuk pemasukan dan pengeluaran keuangan, akan diketahui oleh santri. Demikian juga segala problematika pesantren akan diatasi secara kebersamaan oleh civitas akademika pesantren.
Selanjutnya sistem pendidikan ini juga menganut perpaduan, antara unsur pedagogik dan andragogik. Diharapkan lebih membantu proses kedewasaan santri dalam berpikir.

IX.    Penutup


Semoga kehadiran Pondok Pesantren yang berbasis ke’arifan budaya lokal ini, menjadikan salah satu asset umat Islam yang bergerak di bidang dakwah melalui pendekatan kearifan budaya setempat. Dan sekaligus memohon do’a dari semu yang membaca brosur ini, untuk kesalehan para santri yang ada di Pondok Pesantren Al-Ukhuwwah.